Pilkada
Senin, 7 Desember 2020 - 00:40 WIB

Rekam E-KTP demi Terima Bantuan hingga Coblosan Pilkada

Tri Rahayu  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pengambilan data untuk pembuatan KTP-el. (JIBI/Solopos/Harviyan Perdana Putra)

Solopos.com, JAKARTA — Dua orang pemuda asal Masaran, Sragen, duduk di kursi paling barat di ruang rekam data kependudukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Sragen, Selasa (1/12/2020). Data e-KTP itu nantinya bisa digunakan basis data pencoblosan pemilu meski kini hanya jadi syaratnya semata.

Kedua pemuda itu baru berumur 17 tahun dan kali pertama mencari kartu tanda penduduk (KTP) elektronik (e-KTP).  Di samping kanan mereka ada nenek-nenek yang juga memiliki kepentingan yang sama.

Advertisement

“Masnya, silakan duduk!” pinta petugas perekaman e-KTP. Crisna Nova, 17, langsung berdiri dan merogok secarik kerta di saku celanan kanan. Kerta itu diserahkan kepada petugas itu seraya duduk di kursi di depan petugas itu. Secarik kertas itu berisi biodata singkat Crina. Setiap data yang disebutkan petugas itu selalu dianggukan pemuda asal Jati, Masaran, Sragen, itu.

Tesla Model 3 Dijual di Tokopedia, Belinya Bisa Dicicil…

Advertisement

Tesla Model 3 Dijual di Tokopedia, Belinya Bisa Dicicil…

Crisna duduk dengan posisi tegak dan menghadap kamera di samping kanan petugas. Dengan sekali klik, ada kilat cahaya dari lampu kamera. Crisna pun diminta tanda tangan pada mesin tanda tangan yang terlihat di layar monitor.

Ke-10 jari tangannya pun direkam. Mula-mula empat jari tangan kanannya, kemudian empat jari tangan kirinya. Lalu kedua ibu jaringa. Setelah itu petugas juga mereka iris matanya dengan alat khusus. Terakhir jari telunjuk kanan direkam dan kemudian tanda tangan elektronik lagi.

Advertisement

Operator Seluler Kurangi Jaringan 3G, Apa Dampaknya?

Semua Rusli belum punya hak pilih. Ia merasa senang bisa menggunakan hak pilih dalam pesta demokrasi. “Meskipun senang punya hak pilih tapi juga bingung karena belum menentukan pilihan. Meskipun pasangan calonnya hanya satu tetapi saya belum menentukan pilihan,” ujarnya.

Demi Coblosan

Rusli berniat untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) tanpa intervensi dari mana pun. Ia mengaku tak pengaruh dengan ada atau tidaknya politik uang (money politics).

Advertisement

Seorang nenek-nenek asal Kedungbagong, Cemeng, Sambungmacan, Tarmi, 60, juga ikut mengantre untuk perekaman. Tarmi sebenarnya sudah punya KTP tetapi sudah kedaluwarsa karena belum e-KTP.

Bit-To UP10TION Positif Covid-19, Artis K-Pop Ketir-Ketir

“KTP saya tidak bisa digunakan untuk mengurus bantuan di bank. Makanya harus mencari KTP baru. Katanya data saya tidak keluar dengan KTP lama itu,” ujar Tarmi yang datang didampingi anak menantunya.

Advertisement

Selain untuk mengurus santunan yang diterimanya di bank, Tarmi juga akan menggunakan e-KTP itu untuk menggunakan hak pilih saat coblosan Rabu (9/12/2020) pekan depan. “Katanya kalau tidak punya KTP tidak boleh nyoblos,” kata Tarmi yang dikenal sebagai dukun bayi itu.

Setelah Crisna, petugas memberi kesempatan lebih dulu untuk Tarmi. Rusli yang seharusnya dapat giliran memilih mengalah karena mendahulukan orang yang lebih tua.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif